Fimelacom, Jakarta Ada beberapa hal yang bisa membuat kita merasa geram dan kesal dari sifat seseorang, misalnya saja menghadapi orang yang sok tahu dan sombong. Orang-orang seperti ini, biasanya mereka mengharap orang lain untuk menghargai pendapatnya. Mereka juga orang yang merasa benar dan tindak ingin ada orang lain yang lebih baik darinya.
OrangKristen yang gemar mengecam orang lain biasanya berpikir bahwa dia memahami Alkitab lebih baik dari pada orang lain, bisa mengerti dengan lebih jelas dari pada orang lain, dan karena itu mereka merasa layak untuk membimbing orang lain. Di dalam Yak 4:11-12, kita juga melihat kata lain yang cukup sering dipakai, yakni kata 'hukum' yang
Akumelihat seorang lelaki membunuh seseorang secara dhalim, lalu aku berkata di dalam hati: "Aku lebih baik dari orang ini (si pembunuh)." Maka Imam Ibn-ul Mubarak rahimahullah berkata: Engkau merasa aman (bangga) terhadap dirimu itu lebih berbahaya dari dosa yang dia lakukan. Berkata At-Thabariy rahimahullah:
JANGAN MERASA DIRI KITA LEBIH BAIK DARI ORANG LAIN Ini yang sering dialami oleh kita-kita tatkala sudah lama belajar agama. Merasa diri sudah lebih dari orang lain dan lebih paham dari yang lain. Padahal kekurangan kita teramat banyak. Maksiat kecil-kecilan bahkan yang besar masih dilakoni. Ilmu yang telah kita pelajari pun sedikit yang []
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Perilaku membanding-bandingkan sering tidak sengaja terlintas dalam benak kita. Salah satunya dalam bentuk menilai orang lain lebih hebat dari kita. Terkadang mengetahui banyak perkembangan dan kemajuan orang lain bisa membuat kita minder. Capaian dan prestasi orang lain justru sering membuat kita meremehkan kemampuan diri ada banyak kerugian ketika kamu berlebihan dalam menilai orang lain. Perasaan iri dan minder sering disebabkan karena kita telah overestimate terhadap kemampuan orang lain. Jika tidak bisa mengendalikan mentalmu, hal tersebut justru bisa membuatmu putus asa. Namun bukannya berarti kamu boleh merendahkan orang lain juga ya. Perilaku membanding-bandingkan dalam segala bentuk sangat tidak baik ini 5 alasan kenapa tidak seharusnya kamu berlebihan dalam menilai orang lain, terutama merasa orang lain lebih Sering memunculkan rasa sillimanInsecure merupakan perasaan cemas berlebih akibat menurunnya rasa percaya diri yang dimiliki. Perasaan ini bisa muncul ketika kamu sering menilai orang lain lebih hebat yang insecure akan sulit percaya diri dan merasa rendah diri. Hal ini mengakibatkan dirinya merasa tidak bisa melakukan apa-apa dan merasa gagal sebelum mencoba. Yang paling buruk perasaan ini bisa membuat mental seseorang jatuh dan berakibat hilangnya semangat untuk belum banyak yang bisa kamu dapatkan, bukan berarti kamu lebih buruk. Hindari perilaku yang menunjukkan sikap tidak mencintai diri sendiri. Karena setiap orang memiliki jatah waktunya masing-masing. Jangan berkecil hati ketika orang lain melakukan sesuatu yang hebat, karena sebenarnya kamu pun bisa Kamu hanya akan fokus dengan kekuranganmuPexels/Andrea PiacquadioSeorang yang menilai orang lain lebih hebat darinya akan selalu fokus dengan kekurangan yang dimiliki. Sikap membanding-bandingkan ini membuatnya fokus dengan apa yang tidak dia miliki. Akibatnya kelebihan yang dimiliki menjadi terabaikan. Padahal setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya tidak pantas membandingkan dirimu hanya karena kamu tidak bisa melakukan apa yang orang lain lakukan. Bukankah kamu juga memiliki potensi dalam dirimu yang juga bisa membawamu pada kesempatan besar?Alih-alih memikirkan apa yang tidak bisa kamu lakukan, lebih baik kamu terus mengasah kemampuanmu dan merencanakan target ke depan. Baca Juga 5 Pemikiran Ini Bisa Jadi Tanda Kamu Orang yang Sukses di Masa Depan 3. Membatasimu untuk meraih apa yang kamu inginkanPexels/Andrea PiacquadioSeseorang yang belum memiliki mental yang kuat, akan mudah putus asa ketika melihat capaian orang lain. Seluruh pikiranmu akan dikendalikan emosi negatif dan mengganggu rencana yang sudah disusun orang lain lebih hebat bisa membuatmu membatasi untuk meraih apa yang kamu inginkan. Perasaan tersebut akan membentuk mindset bahwa apa yang orang lain lakukan tidak bisa kamu capai. Padahal jika mau berusaha dan bekerja keras, bukan tidak mungkin kamu juga bisa meraihnya. Bahkan kamu bisa melebihi seseorang yang kamu anggap hebat sebelumnya. Asalkan berusaha lebih keras dari yang dikerjakan orang lain, kamu malah akan melampauinya4. Kamu perlu menghargai diri sendiri agar lebih mudah bersyukur dan bahagiaPexels/Andrea PiacquadioKetika kamu menganggap orang lain lebih hebat, hal tersebut malah membuatmu sulit bersyukur dan mempersyaratkan kebahagiaan. Kamu akan berpikir orang lain selalu di depanmu, sehingga kamu merasa selalu di jika kamu gampang menghargai diri sendiri maka rasa syukur dan bahagia akan mudah kamu rasakan. Bersyukur dan bahagia membuatmu lebih optimis ketika menghadapi masa-masa yang sulit. Kepercayaan dirimu bisa tumbuh ketika kamu bisa menerima dirimu apa adanya, meski memiliki banyak syukur bisa didapat ketika kamu bisa memberi waktu bagi dirimu sendiri. Dengan hal tersebut kamu bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang pernah Hanya jadikan sebagai motivasi jangan berlebihanPexels/Andrea PiacquadioBeberapa orang sering menjadikan kehebatan orang lain sebagai motivasinya untuk menjadi lebih baik. Maka jadikan kehebatan orang lain sebagai motivasimu untuk berusaha lebih keras lagi. Jangan overestimate terhadap capaian orang lain karena bisa membuatmu merasa rendah diri dan tidak mencintai dirimu kamu perlu berhenti menilai orang lain lebih hebat darimu, namun bukan berarti kamu boleh menganggap enteng orang lain. Sebaiknya perilaku membanding-bandingkan perlu kamu hindari. Entah merasa lebih baik atau menilai lebih buruk hanya akan membuat hidupmu tidak tenang. Hindari sifat sombong dan arogan yang bisa menjatuhkanmu kamu belum bisa memiliki mental yang kuat lebih baik berhenti menilai orang lain lebih hebat darimu. Hal tersebut hanya akan membuatmu minder dan tidak percaya diri. Baca Juga Jauhi Sifat Sombong, 5 Alasan Konkrit Kamu Gak Boleh Besar Kepala IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Berikut tips cara memandang orang lain agar terhindar dari perasaan sombong, ujub, dan merasa lebih baik, yg termuat dalam Kitab Syarh Ratibul Haddad; ﻓﺎﻥ رأيت ﺻﻐﻴﺮﺍ ﻗﻠﺖ ﻫﺬﺍ ﻟﻢ ﻳﻌﺺ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻧﺎ ﻗﺪ ﻋﺼﻴﺖ ﻓﻼ ﺷﻚ ﺍﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ . Jika engkau melihat anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, “Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya, maka tidak diragukan lagi bahwa anak ini jauh lebih baik dariku.” ﻭﺍﻥ رأيت ﻛﺒﻴﺮﺍ ﻗﻠﺖ ﻫﺬﺍ ﻗﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺒﻠﻰ ﻓﻼ ﺷﻚ ﺍﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ . Jika engkau melihat orang tua, maka ucapkanlah dlm hatimu, “Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, maka tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku.” ﻭﺍﻥ رأيت ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻗﻠﺖ ﻫﺬﺍ قد أﻋﻄﻲ ما لم أعط وبلغ ما لم أبلغ وعلم ما جهلت فكيف أكون مثله Jika engkau melihat orang yg berilmu, maka ucapkanlah dlm hatimu, “Orang ini telah diberi ilmu yg mana saya belum diberi, orang ini telah menyampaikan ilmu apa yg belum saya sampaikan, dan ia telah mengetahui apa yg tidak saya ketahui, bagaimana mungkin saya sama dengannya? apalagi saya lebih baik darinya?” ﻭﺍﻥ رأيت ﺟﺎﻫﻼ ﻗﻠﺖ ﻫﺬﺍ قد ﻋﺼﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺠﻬﻞ ﻭﺍﻧﺎ ﻋﺼﻴﺘﻪ ﺑﻌﻠﻢ فحجة الله علي آكد ﻭﻻ أﺩﺭﻱ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺘﻢ ﻟﻰ ﺍﻭ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺘﻢ ﻟﻪ . Jika engkau melihat orang yg bodoh, maka katakanlah dalam hatimu, “Orang ini bermaksiat kepada Allah karena dia bodoh tidak tahu, sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak.” Syaikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari qs. dalam Hikamnya mengatakan من أثبت لنفسه تواضعا فهو متكبر حقا “Barang siapa telah menetapkan/menyatakan dirinya telah tawadhu’, maka ia adalah orang takabbur yg sesungguhnya.” ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ
Sikap merendahkan orang lain berpangkal dari perasaan lebih baik dari yang lain. Materi khutbah ini membeberkan tips-tips bagaimana akar masalah itu teratasi dengan mengutip pandangan Imam al-Ghazali. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Agar Tak Gampang Merendahkan Orang Lain". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْكِ الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Islam mengajarkan para pemeluknya untuk berlomba dalam kebaikan fastabiqul khairat. Ini artinya masing-masing orang didorong untuk menjadi paling unggul dibanding yang lain dalam berbuat baik. Anjuran ini juga berkelindan dengan konsep kehidupan menurut Islam bahwa yang hakiki dan abadi adalah akhirat, sementara yang semu dan sementara adalah dunia. Dunia, dengan demikian, adalah tempat menanam sebanyak-banyaknya kebaikan agar bisa dipanen pada kehidupan di akhirat kelak. Dalam Al-Qur’an sendiri Allah mengiming-imingi bahwa manusia yang paling tinggi derajat kemuliaannya adalah yang paling bertakwa inna akramakum indallahi atqakum. Informasi ini secara implisit juga bermakna anjuran berkompetisi dalam ketakwaan. Semakin muttaqin bertakwa seseorang, semakin unggul kedudukannya di sisi Allah swt. Hadirin yang semoga dirahmati Allah, Ada jebakan yang cukup samar ketika seseorang “berhasil” memperbanyak kebaikan, seperti ibadah wajib, ibadah sunnah, peran sosial, atau menjadi ahli di bidang pengetahuan tertentu. Jebakan tersebut adalah perasaan “sudah sangat baik” atau “lebih baik dari orang lain”. Sebab, ini adalah pintu masuk bagi sikap untuk memandang rendah atau menyepelekan orang lain. Menjadi baik adalah satu hal, dan merasa sudah baik adalah hal yang lain. Yang pertama menekankan sisi proses, sementara yang kedua cenderung menganggap sudah mencapai hasil. Padahal, implementasi dari fastabiqul khairat harusnya adalah proses tidak berkesudahan. Ketika kita berhenti karena sudah merasa berada di posisi yang lebih baik dari yang lain, maka di situlah kita tanpa terasa sedang terperosok. Sebab, merasa lebih baik dari orang lain adalah ketidakbaikan itu sendiri. Akhirnya apa yang tampak berhasil sejatinya adalah kegagalan. فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى “Jangan kamu merasa paling suci. Karena Dia-lah yang lebih mengetahui orang yang paling bertakwa,” QS An-Najm 32. Para ahli tafsir mengungkap, ayat tersebut adalah kritik terhadap mereka yang gemar memuji dan membangga-banggakan amal sendiri. Padahal, kualitas ketakwaan hanyalah Allah yang paling tahu. Bisa jadi suatu amal ibadah atau kebaikan di satu sisi terlihat menggunung tapi di sisi lain ternyata keropos dan rapuh. Mudah runtuh dalam sekejap. Atau sebaliknya, amal yang sekilas tampak remeh bisa jadi sangat berharga di mata Allah karena dijalankan dengan penuh ketulusan dan ridha-Nya. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Lalu bagaimana kita bisa selamat dari jebakan merasa lebih baik atau bangga diri ujub yang menjadi pangkal sikap merendahkan orang lain? Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah memberikan kiat-kiatnya. Beliau merekomendasikan pendekatan manajemen pikiran yang selalu melihat kemungkinan positif dari orang lain, entah itu orang tua atau anak, berilmu atau bodoh, mukmim atau kafir. Saat kita melihat anak kecil atau lebih muda, berpikirlah bahwa ia itu lebih baik dari diri kita. Waktu mereka untuk bermaksiat tentu lebih sedikit dibanding kita yang lebih tua dari mereka. Saat kita melihat orang yang lebih tua, berpikirlah bahwa ia juga lebih baik dari kita. Sebab, ibadah mereka tentu mulai lebih dulu daripada kita yang lahir belakangan. Ketika bertemu dengan orang pandai atau berilmu, kita juga diajak untuk berpikir bahwa itu semua adalah anugerah yang belum kita gapai, prestasi yang belum kita raih. Mereka tahu banyak hal tentang apa yang tidak banyak kita ketahui. Kita bukan cuma tidak selevel tapi juga sulit mengungguli kebaikannya. Ketika berjumpa dengan orang bodoh, kita juga diajak untuk berpikir bahwa ia tetap lebih baik dari kita. Andaipun mereka ini bermaksiat tentu maksiat mereka lebih ringan daripada kita. Sebab, mereka durhaka karena kebodohan, sementara kita berbuat dosa justru atas dasar ilmu. Pengadilan akhirat kelak akan menjadikan ini dasar ketika waktu perhitungan tiba. Bagaimana kita melihat orang kafir? Imam al-Ghazali lagi-lagi menyuruh kita untuk menata pikiran bahwa ia juga mungkin lebih baik. Ajal orang tidak ada yang tahu. Bisa jadi Allah mewafatkan orang kafir itu secara husnul khatimah dengan memeluk Islam sehingga bersihlah dosa-dosa sebelumnya. Sementara diri kita? Tidak ada jaminan kita mati dengan masih membawa anugerah terbaik, yakni iman. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Kita mungkin mudah saja meraih simpati atau kesan sebagai orang saleh dan baik di mata orang-orang. Namun, itu semua hanyalah semu karena kebaikan yang hakiki adalah kebaikan di mata Allah di akhirat kelak. Imam al-Ghazali berpandangan bahwa kebaikan di sisi Allah sesungguhnya adalah sesuatu yang masih misterius. Kepastiannya menunggu ketika kita mati, apakah dalam keadaan su’ul khatimah atau husnul khatimah. Kata Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah بَلْ يَنْبَغِي لَكَ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ الْخَيْرَ مَنْ هُوَ خَيرٌ عِنْدَ اللّٰهِ فِي دَارِ الْاٰخِرَةِ، وَذٰلِكَ غَيْبٌ، وَهُوَ مَوْقُوْفٌ عَلَى الخَاتِمَةِ؛ فَاعْتِقَادُكَ فِي نَفْسِكَ أَنَّكَ خَيْرٌ مِنْ غَيْرِكَ جَهْلٌ مَحْضٌ، بَلْ يَنْبَغِي أَلَّا تَنْظُرُ إِلَى أَحَدٍ إِلَّا وَتَرَى أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْكَ، وَأَنَّ الْفَضْلَ لَهُ عَلَى نَفْسِكَ "Ketahuilah bahwa kebaikan adalah kebaikan menurut Allah di akhirat kelak. Itu perkara ghaib tidak diketahui dan karenanya menunggu peristiwa kematian. Keyakinan bahwa dirimu lebih baik dari selainmu adalah kebodohan belaka. Sepatutnya kau tidak memandang orang lain kecuali dengan pandangan bahwa ia lebih baik ketimbang dirimu dan memiliki keutamaan di atas dirimu." Sang Hujjatul Islam juga menyebut ujub sebagai penyakit kronis. Yang ditimpa pun bukan fisik tetapi hati yang penanganannya tentu lebih sulit. Penyakit ini jika tidak segera ditangani akan memancing penyakit-penyakit lain untuk datang, seperti gemar menghina atau merendahkan orang lain, mencaci-maki, egois, tertutup atas nasihat, antikritik, dan mungkin yang lebih ekstrem, merasa berhak menganiaya orang lain. Na’udzubillahi min dzalik. Tugas pokok manusia mengabdi total kepada Allah. Soal kualitas ibadah, manusia memang harus mengikhtiarkannya semaksimal mungkin tetapi bukan untuk dibangga-banggakan, apalagi sampai menganggap rendah orang lain. Terlebih dalam sebuah hadits dijelaskan sesungguhnya faktor paling menentukan kita selamat adalah rahmat Allah, bukan yang lain. لَنْ يُنْجِي أحَدًا مِنكُم عَمَلُهُ، قال رَجُلٌ ولَا إِيَّكَ يا رَسولَ اللَّهِ؟ قالَ ولَا إِيَّايَ إلَّا أنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ مِنْهُ برَحْمَةٍ ولٰكِنْ سَدِّدُوا Artinya, “Amal tidak akan menyelamatkan kalian.” Seseorang bertanya, “Apakah amal juga tidak menyelamatkan engkau, wahai Rasulullah?” Jawab Nabi, “Tidak pula amal menyelamatkanku hanya saja Allah melimpahiku dengan rahmat dari-Nya, akan tetapi luruslah cari kebenaran dan amalkan,” HR al-Bukhari. Semoga Allah selamatkan kita semua dari penyakit hati yang parah, dan jikapun kita terkena penyakit hati sekecil apa pun maka Allah segera menyembuhkannya. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ، فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Mahbib Khoiron Artikel ini terbit atas hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP
Beberapa dari kita mungkin punya hidup yang menyenangkan dan bahagia. Pendidikan yang bagus, keluarga yang harmonis, finansial yang cukup, hubungan dengan Tuhan dan dengan manusia yang sangat baik, dan lain sebagainya. Semua kelebihan tersebut terkadang bisa menyesatkan kita dan membuat diri kita berpikir dengan cara yang hal baik yang terjadi di hidup kita, harusnya membuat kita menjadi lebih rendah hati. Sayangnya, sebagian orang justru menjadi jemawa dan merasa dirinya lebih baik dibanding orang lain. Hati-hati, perasaan semacam ini bisa membawa lima dampak negatif berikut ke hidup kita. 1. Kita akan jadi orang yang sombongIlustrasi orang berdebat productionKetika sering merasa diri ini lebih baik dibandingkan orang lain, pastinya rasa sombong perlahan mulai merasuk. Awalnya kita mungkin gak merasakan perasaan sombong tersebut. Tanpa sadar, cara bicara kita dan cara kita memperlakukan orang lain pun mulai merasa gak selevel dengan orang lain, kita mulai congkak dan enggan membaur. Perasaan rendah hati yang dipelihara sejak kecil pun jadi hilang entah ke mana. 2. Mudah sekali meremehkan orang lainilustrasi sahabat bertengkar SummerMeremehkan orang lain pun jadi semakin mudah kita lakukan akibat merasa diri lebih baik. Kita menganggap gak ada orang yang lebih kaya atau lebih sukses ataupun lebih pandai dibanding kita. Tolak ukur kita yang hanya bersandar pada diri sendiri, membuat kita merasa orang lain gak sebaik diri kita jadi sering menyalahkan keputusan orang lain, menganggap sepele masalah yang mereka punya, dan lain sebagainya. Sudah jelas, ini akan membuat kita semakin dijauhi dan gak disukai orang lain. Baca Juga 5 Tips Menghadapi Anak yang Memiliki Sifat Sombong, Catat Caranya! 3. Cenderung mengotak-kotakkan orang lain Ilustrasi orang berdebat studioBerdasarkan kelasnya, kita mulai mengotak-kotakkan orang lain. Kita merasa si A ada di kelas yang setara dengan kita, si B berada jauh di bawah kita, dan seterusnya. Kemudian kita pun mulai mencari-cari alasan untuk menjauhi orang-orang tertentu yang dianggap gak ini akan membuat relasi kita berkurang. Bahkan bukan gak mungkin kita jadi menyeleksi orang-orang yang sebenarnya tulus menyayangi dan memperhatikan Menganggap sepele masalah yang dialami orang lainilustrasi pasangan bertengkar ProductionsBerikutnya, kita juga akan mudah menyepelekan masalah yang dialami orang lain. Kita merasa lebih hebat dan lebih tangguh karena pernah punya masalah yang lebih berat. Parahnya lagi, ini membuat kita kehilangan empati terhadap orang cara orang tersebut dalam menyelesaikan masalahnya, bisa dengan mudahnya kita hakimi. Seolah kitalah yang paling benar dalam mengambil Selalu membandingkan diri dengan siapa punIlustrasi wanita mengobrol AnHanya agar kita merasa lebih baik, kita terus membandingkan diri dengan siapa pun. Mereka yang lebih sukses, kita anggap gak punya hubungan seharmonis keluarga kita. Sementara mereka yang kelihatan lebih good looking, kita menghakiminya dengan menganggap mereka kurang cerdas. Serta masih banyak contoh pun yang dialami oleh orang lain, kita merasa diri inilah yang paling sempurna. Hingga pada akhirnya kita lupa untuk memperbaiki diri dan berusaha untuk terus menjadi sosok yang lebih baik bukan berarti kita harus menjadikan diri kita sebagai yang paling baik. Ada kalanya, kita juga perlu mengakui kelebihan orang lain demi membuat diri kita lebih termotivasi. Setuju, kan? Baca Juga 5 Risiko Berteman Dekat dengan Seseorang yang Punya Sifat Sombong IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
jangan merasa lebih baik dari orang lain